Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Filosofi SIGALE-GALE


Si Gale-gale namanya sebuah boneka/ patung yang terbuat dari kayu  yang sering diperlihatkan saat acara adat di tanah Batak, yang bisa menari tarian khas tari tor-tor. Bagi anak kecil boneka ini cukup menakutkan, karena boneka kayu ini terlihat bisa menari, tangannya bisa bergerak-gerak sendiri mengikuti alunan musik adat Batak. Patung ini dijumpai hanya di Samosir (Tomok-Simanindo), Danau Toba, Sumatera Utara. Rasa penasaran saya  muncul, sebenarnya bagaimana sejarah boneka ini sehingga bisa menjadi boneka/ patung adat di tanah Batak. Akhirnya saya mencoba browsing dari google untuk mencari tahu. Sebelumnya, rasa ingin tahu saya ini karena tayangan di tvone hari ini 8 Februari 2011 sore hari tentang budaya adat di tanah Batak. Karena belum cukup informasi tentang sejarah Si Gale-gale saya mencarinya lebih lanjut dan menyajikannya di sini.
Si Gale-gale merupakan boneka/ patung kayu yang dibuat sedemikian rupa menyerupai manusia, dilengkapi dengan pakaian adat khas Batak. Patung ini bisa bergerak karena digerakkan dari belakang. Ada tali yang menghubungkan bagian kepala dan lengannya sehingga Si Gale-gale bergerak layaknya robot (robotik). Konon pada masa dulu kala jumlah tali yang menggerakkan si Gale-gale itu sama dengan jumlah urat yang ada di tangan manusia. Pemain Sigale-gale sering kali menggerakkan tubuh boneka agar turut menari (manortor) selama ritual penguburan/ pemakaman. Si Gale-gale secara etimologis berarti “yang lemah gemulai”.


Si Gale-gale sudah dikenal sejak 400 tahun lalu. Ada beberapa versi mengenai asal-usul Si Gale-gale. Versi pertama, sejarahnya berawal dari duka Ruhayat, seorang raja pada kala itu yang mempunyai anak tunggal yang bernama Manggale, yang kemudian mati terbunuh tertusuk panah beracun akibat peperangan. Sang raja berharap anak tunggalnya ini akan menggantikan posisinya kelak. Karena merasa tidak terima atas kematian anaknya itu, sempat membuat sang raja jatuh sakit dan stres. SehinggaPenasihat kerajaan lalu mencari tabib di seluruh negeri. Seorang tabib mengatakan bahwa raja sakit rindu. Dan untuk mengobatinya sang tabib mengusulkan kepada penasehat kerajaan untuk dibuat suatu upacara di kerajaan itu dan memahat sebuah kayu menyerupai wajah Manggale. Sang raja pun menghabiskan harta kekayaannya untuk membuat boneka/ patung ini



Dalam upacara itu, sang tabib memanggil roh Manggale dan rohnya dimasukkan ke dalam kayu yang dipahat menyerupai wajahnya, kemudian boneka
/ patung Manggale itumanortor (menari) dengan iringan khas musik Batak Toba, yaitu Sordam dan Gondang Sabangunan.  Patung ini memiliki roma muka yang menarik, alis mata dibuat dari tanduk kerbau dengan daun telinga yang diperindah ornamen berbahan kuningan atau dikenal dengan nama sitepal.
Versi yang kedua, konon ada seorang dukun bernama Datu Partaoar ingin sekali mempunyai anak laki-laki atau perempuan. Suatu ketika dia menemukan sebuah patung cantik di tengah hutan, persis seperti seorang gadis yang tubuhnya terlilit kain dan beranting-anting. Sang dukun kemudian membawa gadis itu setelah mengubahnya dari patung menjadi manusia. Istrinya yang juga berharap-harap selama ini untuk mempunyai keturunan memberi nama gadis itu dengan nama Nai Manggale. Dia menjadi gadis yang disenangi penduduk karena kelembutannya. Suatu ketika Nai Manggale mendapatkan pendamping hidup. Namun seperti ibunya, ia tidak dapat melahirkan keturunan biologis. Dia pun berkata kepada suaminya yang bernama Datuk Partiktik agar memesan pematung untuk membuatkan sebuah patung yang bisa menari di samping jenazahnya kelak. Patung itu dinamai Si Gale-gale. Berdasarkan versi itulah kiranya tarian Si Gale-gale pernah ditemukan dengan pasangan laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki namanya Si Manggale dan perempuan bernama Nai Manggale.
Boneka ini menampilkan tarian pada proses penguburan/ pemakanan yang diberi nama Tor-tor Si Gale-gale. Tujuannya untuk menghilangkan karma buruk karena kecewanya alrmahum yang meninggal tanpa sempat punya keturunan (berdasarkan asal-usul versi yang kedua). Orang Batak mempunyai kepercayaan, apabila seseorang meninggal tanpa anak, terutama anak laki-laki, maka akan membawa petaka karena jiwanya mengembara tanpa ada keluarga yang berdoa untuknya. Sesuai dengan kepercayaan setempat, setelah upacara penguburan/ pemakaman boneka/ patung Si Gale-gale harus dihancurkan.

GORGA BATAK


Gorga Batak Toba adalah kesenian ukir ataupun pahat yang biasanya terdapat pada bagian luar (eksterior) rumah adat Batak Toba dan alat kesenian (gendang, serunai, kecapi), dan lain sebagainya.
Gorga dapat disebut sebagai corak atau motif yang tidak hanya dipahat/diukir tapi juga dilukis, dan pada umumnya Gorga Batak hanya menggunakan cat tiga warna : merah, hitam, dan putih. Gorga ada dekorasi atau hiasan yang dibuat dengan cara memahat kayu, namun sekarang ini sudah sebagian direlif dengan Semen pada rumah-rumah batak permanen dan kemudian mencatnya dengan tiga macam warna.
Warna yang tiga macam ini disebut tiga bolit. Bahan-bahan untuk Gorga ini biasanya kayu lunak yaitu yang mudah dikorek/dipahat. Biasanya nenek-nenek orang Batak memilih kayu ungil atau ada juga orang menyebutnya kayu ingul. Kayu Ungil ini mempunyai sifat tertentu yaitu antara lain tahan terhadap sinar matahari langsung, begitu juga terhadap terpaan air hujan, yang berarti tidak cepat rusak/lapuk akibat kena sengatan terik matahari dan terpaan air hujan. Kayu Ungil ini juga biasa dipakai untuk pembuatan bahan-bahan kapal/perahu di Danau Toba.

Dilihat dari ornament dan gambar-gambarnya dapat pula Gorga itu mempunyai nama-namanya tersendiri yaitu:

  1. Gorga Ipon-Ipon : terdapat dibahagian tepi dari Gorga; iponipon dalam Bahasa Indonesia adalah Gigi. Manusia tanpa gigi sangat kurang menarik, begitulah ukiran Batak, tanpa adanya ipon-ipon sangat kurang keindahan dan keharmonisannya. Ipon-ipon ada beraneka ragam, tergantung dari kemampuan para pengukir untuk menciptakannya. Biasanya Gorga ipon-ipon ini lebarnya antara dua sampai tiga sentimeter dipinggir papan dengan kata lain sebagai hiasan tepi yang cukup menarik.
  2. Gorga Sitompi : Sitompi berasal dari kata tompi, salah satu perkakas Petani yang disangkutkan dileher kerbau pada waktu membajak sawah. Gorga Sitompi termasuk jenis yang indah di dalam kumpulan Gorga Batak. Disamping keindahannya, kemungkinan sipemilik rumah sengaja memesankannya kepada tukang Uhir (Pande) mengingat akan jasa alat tersebut (Tompi) itu kepada kerbau dan kepada manusia.
  3. Gorga Simataniari (Matahari) : Gorga yang menggambarkan matahari, terdapat disudut kiri dan kanan rumah. Gorga ini diperbuat tukang ukir (Pande) mengingat jasa matahari yang menerangi dunia ini, karena matahari juga termasuk sumber segala kehidupan, tanpa matahari takkan ada yang dapat hidup.
  4. Gorga Desa Naualu (Delapan Penjuru Mata Angin) : Gorga ini menggambarkan gambar mata angin yang ditambah hiasan-hiasannya. Orang Batak dahulu sudah mengetahui/kenal dengan mata angin. Mata angin ini pun sudah mempunyai kaitan-kaitan erat dengan aktivitas-aktivitas ritual ataupun digunakan di dalam pembuatan horoscope seseorang/sekeluarga. Sebagai pencerminan perasaan akan pentingnya mata angina pada suku Batak maka diperbuatlah dan diwujudkan dalam bentuk Gorga.
  5. Gorga Si Marogungogung (Gong) : Pada zaman dahulu Ogung (gong) merupakan sesuatu benda yang sangat berharga. Ogung tidak ada dibuat di dalam negeri, kabarnya Ogung didatangkan dari India. Sedangkan pemakaiannya sangat diperlukan pada pesta-pesta adat dan bahkan kepada pemakaian pada upacara-upacara ritual, seperti untuk mengadakan Gondang Malim (Upacara kesucian). Dengan memiliki seperangkat Ogung pertanda bahwa keluarga tersebut merupakan keluarga terpandang. Sebagai kenangan akan kebesaran dan nilai Ogung itu sebagai gambaran/ keadaan pemilik rumah maka dibuatlah Gorga Marogung-ogung.
  6. Gorga Singa-Singa : Dengan mendengar ataupun membaca perkataan Singa maka akan terlintas dalam hati dan pikiran kita akan perkataan: Raja Hutan, kuat, jago, kokoh, mampu, berwibawa. Tidak semua orang dapat mendirikan rumah Gorga disebabkan oleh berbagai faktor termasuk factor social ekonomi dan lain-lain. Orang yang mampu mendirikan rumah Gorga Batak jelaslah orang yang mampu dan berwibawa di kampungnya. Itulah sebabnya Gorga Singa dicantumkan di dalam kumpulan Gorga Batak
  7. Gorga Jorgom : Ada juga orang menyebutnya Gorga Jorgom atau ada pula menyebutnya Gorga Ulu Singa. Biasa ditempatkan di atas pintu masuk ke rumah, bentuknya mirip binatang dan manusia.
  8. Gorga Boras Pati dan Adop Adop (Buah Dada : Boras Pati sejenis mahluk yang menyerupai kadal atau cicak. Boras Pati jarang kelihatan atau menampakkan diri, biasanya kalau Boras Pati sering nampak, itu menandakan tanam-tanaman menjadi subur dan panen berhasil baik yang menuju kekayaan (hamoraon). Gorga Boras Pati dikombinasikan dengan tetek (susu, tarus). Bagi orang Batak pandangan terhadap susu (tetek) mempunyai arti khusus dimana tetek yang besar dan deras airnya pertanda anaknya sehat dan banyak atau punya keturunan banyak (gabe). Jadi kombinasi Boras Pati susu (tetek) adalah perlambang Hagabeon, Hamoraon sebagai idaman orang Batak.
  9. Gorga Ulu Paung : Ulu Paung terdapat di puncak rumah Gorga Batak. Tanpa Ulu Paung rumah Gorga Batak menjadi kurang gagah. Pada zaman dahulu Ulu Paung dibekali (isi) dengan kekuatan metafisik bersifat gaib. Disamping sebagai memperindah rumah, Ulu Paung juga berfungsi untuk melawan begu ladang (setan) yang datang dari luar kampung. Zaman dahulu orang Batak sering mendapat serangan kekuatan hitam dari luar rumah untuk membuat perselisihan di dalam rumah (keluarga) sehingga tidak akur antara suami dan isteri. Atau membuat penghuni rumah susah tidur atau rasa takut juga sakit fisik dan berbagai macam ketidak harmonisan.

Terpopuler

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. AKU BATAK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger